Menjaga
Diri Mesti Didahulukan Daripada Orang Lain
Tarbiyah
seorang Muslim terhadap dirinya tidak lain adalah upaya melindungi dirinya dari
siksa Allah swt dan neraka-Nya. Tidak diragukan lagi, bahwa menjaga diri
sendiri itu mesti lebih diutamakan daripada menjaga orang lain. Ini sama persis
dengan apa yang dikerjakan seseorang jika kebakaran terjadi di rumahnya, semoga
hal itu tidak terjadi, atau di rumah orang lain, maka yang pertama kali ia
pikirkan ialah menyelamatkan diri sendiri.
Hakikat
ini ditegaskan oleh firman Allah swt:
“Hai
orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluarga kalian dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (Q.S.
At-Tahrim: 6)
Arti
menjaga diri dari neraka, seperti dikatakan oleh Ibnu Sa’di –Rahimahullah-
ialah dengan mewajibkan dirinya mengerjakan perintah Allah swt, menjauhi
larangan-Nya dan bertaubat dari apa yang dimurkai dan mendatangkan siksaan-Nya.
Inilah
makna Tarbiyah Dzatiyah dan salah satu tujuannya.
Jika
Anda Tidak Mentarbiyah (membina) diri Anda, siapa yang akan mentarbiyah Anda?
Siapa
yang mentarbiyah seseorang saat ia berusia lima belas tahun, dua puluh tahun,
tiga puluh tahun atau lebih? Sebenarnya, bila seseorang tidak mentarbiyah
dirinya sendiri, maka tidak ada orang lain yang akan mentarbiyah atau
mempengaruhinya? Ini karena orang tuanya secara khusus, atau manusia pada
umumnya, berkeyakinan bahwa ia telah dewasa, leibh tau apa yang lebih
mendatangkan kemaslahatan dirinya atau mereka (orang tua dan manusia lainnya)
sibuk dengan pekerjaan mereka, hingga tidak punya waktu untuk mengurusinya. Walhasil
jika ia tidak mentarbiyah dirinya sendiri, maka ia akan kehilangan waktu-waktu
ketaatan dan moment-moment kebaikan. Hari dan umur terus mengalir, sedang ia
gagal mengetahui titik lemah dan ketidakberesan dirinya, atau berusaha ke arah
kesempurnaan manusiawi yang ia cari. Akibatnya, ia merugi pada saat kematian
menjemput. Allah swt berfirman:
“Ingatlah
hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan kalian pada hari pengumpulan (untuk
dihisab)” (Q.S. At-Taghabun: 9)
***
Itu adalah 2 urgensi Sarana Tarbiyah Dzatiyah
--> dan hal yang paling dirasa saat ini ialah, berSYUKUR, berUNTUNG bisa mengenal, masuk, mengetahui, berada di dalam Tarbiyah ini.
Ini semua berjalan dengan sendirinya..
Dan aku bersyukur karena Allah menuntun dan membimbingku untuk berada di jalan ini...
Perlahan dan berjalan hingga sekarang, aku berada di Tarbiyah ini...sungguh ini adalah doa yang pernah terucap dalam hati maupun lisan..
Karena merasakan ada perubahan yang membuat diri ini nyaman..
Baru tersadar ketika disaat terakhir pertemuan, murabbi berkata, #KiraKiraBegini "Tidak terasa yaa, tapi lama kelamaan ada perubahannya. Mulai dari kerudungnya yang tidak tipis, akhlaknya juga semakin diperbaiki,......"
Walaupun awalnya hanya seorang diri yang masuk ke dalam Tarbiyah, perlahan...saudara kembaran juga ikut.
Mentarbiyah diri sendiri berjalan dari awal mengenalnya hingga sekarang, mengajak saudara kembaran juga berjalan setelah mengenalnya...sekarang giliran orangtua yang kuajak untuk mengenalnya..
Walaupun rasanya jika dipikirkan sangat sulit, tapi YAKIN, hal-hal yang kecil insyaa Allah bisa. Setidaknya, jika tidak seperti yang diinginkan, tapi tetap Islami.
Semangaat :)